aplikasi dan jurnal pilihan google

Friday, August 24, 2007

TERAPI ANTIBIOTIK PADA INFEKSI SALURAN

PENDAHULUAN
Penyakit infeksi masih merupakan pennyakit utama di indonesia, terutama infeksi saluran nafas bagian atas (ISPA). Infeksi saluran nafas bagian atas merupakan infeksi yang umumnya bersifat akut. Usaha yang dilakukan adalah dengan pemberian antibiotik bila dicurigai penyebabnya adalah bakteri(kuman). Pemberian antibiotik yang ideal adalah berdasarkan pemeriksaan mikrobiologis dan uji kepekaan kuman, akan tetapi dalam praktek sehari-hari pemeriksaan mikrobiologis kuman penyebab infeksi pada setiap pasien tidak mungkin dilakukan. Dampak negatif penggunaan antibiotik yang tidak tepat adalah munculnya resistensi kuman terhadap antibiotik, meningkatnya efek samping obat dan dan biaya pengobatan yang tinggi.1,3
Dari penelitian yang dilakukan diRSUD kabupaten Wonogiri tentang penggunaan antibiotik untuk terapi ISPA dengan mengukur parameter pemilihan antibiotik, dosis dan lama pemberian menunjukan bahwa dari keseluruahn kasus ISPA, hampir semuanya mendapatkan antibiotik. Berdasarkan parameter pemilihan jenis antibiotik terdapat 99,39% yang rasional dan 0,61% yang irrasional. Berdasarkan parameter dosis pemberian terdapat 66,26% yang rasional dan 33,74% yang irrasional. Dan berdasarkan parameter lama pemberian terdapat 57,67% yang rasional dan 42,33% irrasional. Dari data tersebut didapatkan bahwa hampir 99% kasus ISPA, mendapatkan terapi antibiotik dengan tingkat kepercayaan yang tinggi. Namun demikian, terdapat penyimpangan dalam lama pemberian dan dosis. Hal tersebut perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada timbulnya resistensi mikroorganisme terhadap obat yang dapat berefek pada meningkatnya morbiditas pasien.2
Pengobatan penyakit infeksi bakterial berkembang sejalan dengan pergeseran pola
dan perubahan resistensi kuman penyebab serta temuan antibiotika baru. Khemoterapi antimikroba dimulai dengan sulfonamida pada tahun 1930-an, disusul dengan penisilin G pada tahun 1940-an. Pada dekade selanjutnya ditemukan eritromisin, tetra-siklin dan vankomisin dan pada tahun 1960-an ditemukan generasi I sefalosporin. Walaupun telah banyak antibiotika ditemukan, kenyataan menunjukkan bahwa masalah penyakit infeksi terus berlanjut. Hal tersebut terjadi akibat pergeseran pada penyebab penyakit dan perkembangan resistensi kuman terhadap antibiotika.3

ANATOMI DAN FISIOLOGI SALURAN NAFAS BAGIAN ATAS

A. Anatomi saluran nafas bagian atas
Hidung manusia berbentuk piramid triangular denga berbasis berlubang dan dipisahkan oleh septum nasi dan bagian superiornya berhubungan dengan dahi (nasion).puncak (appeks) hidung berlanjut ke cranial sebagai dorsum,mulanya kartilago,kemudian berubah menjadi tulang atau ”bridge”.
Os nasale membentuk aspek cranial dari dorsumnasi,bersedi dengan os frontale di atas prosessus nasalis os maksilaris.Kebawah os nasale bersendi dengan bagian atas lateral kartilago.bagian dorsal kartilago septum menutupi hidung luar.bagian bawah lateral kartilago membentuk rangka eksternal.Bagian atas lateral kartilago berlanjut pada seperdua atas median denga dorsal septum.Beberapa kartilago sesamoid kecil membentuk aspek posterolateral dari rangka eksterna.6
Otot-otot pada hidung terdiri atas 2 komponen otot yang bekerja pada nostril (alaenasi) yaitu 3 otot kompresor dan 4 otot dilator.Otot-otot ini mendapat inervasi dari cabang-cabang n.fasialis.Arteria yang mensuplai daerah hidung bagian luar adalah cabang-cabang dari a.maksilaris dan a.oftalmika.Aliran darah balik akan mengalirkan darah ke v.fasialis anterior dan v.oftalmika.Vena oftalmika nantinya akan bermuara ke sinus kevernosus,sehingga infeksi pada hidung akan dapat mencapai sinus dan menyebabkan sepsis trombosis sinus kavernosus.
Aliran limfatika pada umumnya akan mengikuti v.fasialis anterior yang akan bermuara ke nnl.submandibularis atau nnl.preauricularis.6
Rongga hidung, nasofaring dan sinus paranasal dilapisi oleh mukosa yang berkesinambungan dengan berbagai sifat dan ketebalan.di bagian anterior vesibulum nasi terdapat epitel kubik dan gepeng berlapis.Di atas bidang konka superior terdapat epitel olfaktorius dan di bawahnya epitel reppiratorius.6,7
Regio respiratorius mukosanya,seperti juga epitel di atasnya juga bervariasi sesuai dengan lokasinya yag terbuka atau terlindung.Mukosa respiratorius yang khas terdapat di bagian yang terlindung.terdiri dari empat macam sel.Pertama, sel torak berlapis semu yang mempunyai 200 silia tiap selnya.diantara sel-sel bersilia terdapat sel-sel goblet (kelenjar mukus) dan sel-sel yang memiliki mikro-vili (disebut juga sel sikat).terakhir adalah sel basal (sel cadangan) yan terdapat di atas membrana basal.
Regio olfaktorius terutama pada epitel olfaktorius yang kecoklatan terdiri atas tiga macam sel:sel penunjang, sel basal dan sel olfaktorius.pada tunika propria terdapat kelenjar bowman yang tubuloalveolar dan bercabang-cabang.6,7
Mukosa sinus paranasal merupakan lanjutan mukosa hidung,hanya lebih tipis dan lebih sedikit kelenjarnya.Epitelnya torak berlapis semu bersilia, bertumpu pada membrana basal yang tipis dan tunika proprianya melekat erat dengan periostium di bawahnya.Silia lebih banyak di dekat osyium, gerakannya akan mengalirkan lendir yang menyelimuti permukaannya ke arah hidung melalui ostium masing-masing sinus.6

B. Fisiologi saluran nafas bagian atas .
Saluran nafas bagian atas ( terutama hidung) mempunyai fungsi antara lain:
Fungsi respirasi.
Air-conditioning.
Filtrasi.
Fungsi penciuman.
Vokal resonan.
Fungsi bicara.
Reflek nasal dan reflek nasogastrik lainnya.
Drainase air mata.

Fungsi respirasi.
Struktur tulang dan kartilago hidung memberikan bentuk rongga hidung yang kaku.Normalnya pernapasan berlangsung melalui hidung.udara inspirasi akan berjalan ke atas ke atap rongga hidung dalam aliran yang sempit medial dari konka media dan kemudian ke bawah dan ke belakang membentuk lengkungan,dan dengan demikian aliran udara inspirasi tertahan di bagian sentral rongga hidung.selama inspirasi timbul tekanan negatif dalam hidung.Berbagi obstruksi anatomis maupun patologis di daerah ini akan mengganggu aliran udara.Selama ekspirasi udara memasuki koana dan mengikuti kembali rute inspirasi.Aliran udara ekspirasi membentuk kisaran di sekitar meatus inverior.udara ini sebagian akan keluar melalui nares anterior dan sebagian lagi akan kembali untuk bergabung dengan aliran udara dari nasofaring.6

Fungsi air-conditioning.
Udara inspirasi normal akan dipanaskan atau dilembabkan oleh rongga hidung sebelum memasuki saluran nafas bagian bawah.Temperatur udar paru +_ 30 derajat celcius dengan kelembaban relaif 75-95%.fungsi ini dilakukan oleh mukosa hidung yang kaya akan vaskular, struktur kelenjar dalam hidung, rambut getar, conektif tissue, dengan demikian mencegah mukosa saluran nafas yang lembut dari berbagai kerusakan akibat perbedaan temperatur.Fungsi air-conditioning yang dilakukan oleh mukosa hidung seperti pompa yang disebut nasal valve.setiap 2 jam sekali hidung kanan dan kiri secara bergantian akan mengembang sehingga hidung akan menyempit dan tersumbat.udara yang dilembabkan ini penting bagi fungsi dan integritas yang sesuai bagi epitel bersilia.6

Fungsi filtrasi.
Udara inspirasi yang terkontaminasi akan disaring oleh hidung sebelum memasuki paru (p=5-7 u).hal ini terutama dilakukan oleh vibrissae hidung dan mucous blanket rongga hidung. Vibrissae hidung terdapat pada vestibulum dan menghambat partikel-partikel debu yang besar dan bahan-bahan yang berbahaya lainnya.
Sedangkan partikel-pertikel yang kecil dan bakteri akan berkumpul pada mucous blanket yang menutupi mukosa hidung. Mucous blanket memiliki dua lapisan,lapisan mukosa bagian luar dan lapisan serosa bagian dalam dimana terletak semua sel-sel bersilia.setiap sel memiliki 25-100 silia. Masing -masing silia memiliki dua gerakan, (a) gerakan lambat ke depan, (b) gerakan cepat ke belakang.silia hidung selalu bergerak ke arah koana posterior untuk di telan.gerakan-gerakan ini akan merangsang sel-sel menghasilkan lendir dengan pH 6,5-7.Mucous blanket ini kaya akan lysosyme yang bersifat anti bakterial dan menghancurkan benda asing.
Gangguan gerakan silia dapat berupa:
a) Gerakan melambat, pada:
-Perubahan tempertur atau pH yang besar.
-Penyakit atau karena obat-obatan.
-Akibat lendir yang berkumpul membentuk kerak sehingga hidung akan tersumbat.pernapasan akan melalui mulut dan hidung menjadi kering.
b) Gerakan meningkat pada:
Lendir yang terlalu banyak dan [post nasal drip yang menimbulkan gangguan pada kerongkongan.6

Fungsi penciuman.

Fungsi ini berkembang belakangan.sensasi ini memainkanperanan yang paling penting dalam tingkah laku dan respon reflek hewan-hewan tingkat rendah.Mukosa penciuman terletak di atap kavum nasi dan daerah yang berdekatan dengan konka superior dan bagian-bagian atas septum nasi.area penciuman ini dilapisi oleh epitel olfaktorius yang terdiri dari sel-sel olfaktorius, sel-sel basal dan sel-sel penunjang.
Mekanisme dari stimulasi penciuman tidak diketahui dengan pasti. Sensitivitas penciuman berbeda pada masing-masing individu dan dipengaruhi oleh berbagai faktor fisiologis seperti kekuatan bau dan arah aliran udara, dan perubahan-perubahan patologis dalam hidung seperti septum deviasi.6,7


GAMBARAN KLINIS INFEKSI SALURAN NAFAS BAGIAN ATAS

Infeksi saluran nafas bagian atas merupakan penyakit akut yang banyak dijumpai pada pasien rawat jalan. Infeksi saluran nafas bagian atas bervariasi dari pilek(common cold), yang merupakan penyakit katarhalis dari nasofaring hingga penyakit yang dapat mengancam hidup misalnya epiglotitis. Virus merupakan penyebab tersering infeksi saluran nafas bagain atas. Meskipun demikian dokter harus mempertimbangkan tanda-tanda infeksi primer dan superinfeksi bakteri, yang membuthkan terapi yang lebih spesifik.5
Saluran nafas bagian atas termasuk sinus, rongga hidung, faring, dan laring yang berfungsi sebagai jalur yang menghubungkannya dengan trakea, bronkus dan rongga alveolus. Rhinitis, pharyngitis, epiglottitis, laryngitis, and tracheitis merupakan manifestasi spesifik dari infeksi saluran nafas bagian atas.5,6,7

Beberapa hal yang menunjukkan gambaran infeksi saluran nafas bagian atas:
Rhinitis – inflamasi dari mukosa nasal.
Rhinosinusitis, sinusitis – Inflammasi hidung dan sinus paranasal, termasuk sinus frontalis, eitmoidalis, maksilaris, dan sphenoidalis.
Nasopharyngitis (rhinopharyngitis atau pilek/ common cold) – Inflammasi dari hidung, faring, hipofaring, uvula dan tonsil.
Pharyngitis – Inflammasi dari faring, hipofaring, uvula dan tonsil.
Epiglottitis (supraglottitis) – Inflammasi dari bagian superior laring dan area supraglotis.
Laryngitis – Inflammasi laring
Laryngotracheitis – Inflammasi dari laring, trakea, dan subglotis.
Tracheitis - Inflammation dari laring, trakea.
Infeksi saluran nafas bagian atas melibatkan invasi langsung terhadap mukosa saluran nafas. Penyebaran mikroorganisme dari orang ke orang berperan penting dalam terjadinya infeksi saluran nafas bagian atas. Pasien dengan infeksi bakteri dapat muncul dengan gambaran yang sama dengan infeksi virus, atau dapat mengalami superinfeksi dengan infeksi virus. Inokulasi oleh bakteri atau virus dimulai ketika sekresi dipindahkan melalui sentuhan tangan yang terekspose dengan patogen kedalam mulut atau hidung atau melalui inhalasi droplets pernafasan dari seseorang yang terinfeksi yang mengalami batuk atau bersin.5,7
Kebanyakan gejala infeksi saluran nafas bagain atas termasuk pembengkakan lokal, eritema, edema, peningkatan sekresi, demam yang terjadi akibat respon inflamasi sistem imun terhadap invasi patogen, dan juga terhadap produksi toksin yang dihasilkan patogen. Infeksi nasofaringeal awal dapat menyebar ke struktur yang berdekatan dengannya, mengakibatkan timbulnya sinusitis, otitis media, epiglotitis, laringitis, tracheobronkitis dan pneumonia. Inflamasi yang berdekatan dengan epiglotis dan laring akan menyebabkan keadaan penekanan terhadap aliran udara, terutama pada anak-anak, dimana dengan pengurangan diameter lumen yang minimal dari subglotis dan laring akan mengakibatkan efek yang serius.5
Pharyngitis bakterial: Riwayat saja tidak dapat membedakan farigitis akibat virus ataupun akibat bakteri. Meskipun demikian, jika gejala menetap selama 10 hari atau jika gejala semakin memburuk setelah 5-7 hari, kecurigaan akan infeksi bakteri sangat tinggi. Penilaian terhadap infeksi streptococus grup A harus mendapat perhatian khusus. Riwayat keluarga dengan demam rematik (terutama karditis atau penyakit vaskuler) meningkatkan risiko seseorang untuk mendapatkan infeksi streptokokus grup A.
Gejala faringeal termasuk serak, odinofagia, atau disfagia. Jika uvula atau faring bagian posterior mengalami inflamasi, pasien akan merasa tidak nyaman atau nyeri/berat ketika menelan. Obstruksi nasal dapat menyebabkan pernafasan melalui mulut, yang akan mengakibatkan mulut kering, terutama dipagi hari. Streptokokus grup A sering menyebabkan timbulnya serak.
Gejala yang lain termasuk batuk akibat inflaamsi pada laring, sakit kepala, kelemahan, demam, dan meningkatnya sekresi .5
Epiglottitis sering dijumpai pada anak-anak dengan usia 1-5 tahun yang muncul dengan gejala tiba-tiba, seperti misalnya:
Nyeri tenggorokan
Odynophagia atau dysphagia, kesulitan atau nyeri ketika menelan
Disfonia atau hilang suara
Batuk kering
Dyspnea
Demam
Kelemahan
· Laryngotracheitis:
o Suara serak atau hilang suara merupakan manifestasi utama infeksi pada laring.
Batuk kering dapat tampak bersamaan dengan inflamasi laring.
Dyspnea dan meningkatnya aktivitas pernafasan
Odynophagia atau dysphagia juga pernah dilaporkan.
Myalgia merupakan karakteristik infeksi influenza terutama jika disertai dengan timbulnya serak, nyeri tenggorokan, demam, batuk non-produktif dan sakit kepala.
Demam juga dapat muncul.
Kelemahan dapat juga terjadi pada infeksi saluran nafas atas..
Apneu dapat merupakan gambaran utama pada anak dengan pertusis.5


POLA DISTRIBUSI MIKROORGANISME PADA ISPA

A. Flora normal pada hidung, nasofaring dan orofaring

Kebanyakan permukaan traktus pernafasan bagian atas ( termasuk saluran hidung dan mulut, nasofaring, orofaring, dan trakea) merupakan tempat kolonisasi flora normal. Organisme tersebut merupakan flora normal yang menempati permukaan tersebut dan jarng menyebakan penyakit. Mikroorganisme tersebuttermasuk:
Bakteri yang paling sering dijumpai di hidung adalah staphylococci. Organisme tersebut hanya dijumpai dibagian dalam rongga hidung dan termasuk Staphylococcus aureus dan S. epidermidis.
Selain staphylococci, corynebacteria ("diphtheroids") aerobic dapat dikultur dari permukaan nasal.
Sejumlah kecil Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis, dan Haemophilus influenzae dapat juga dijumpai di dalam nasopharynx. Meskipun demikian, kebanyakan strain tersebut bersifat virulen. Harus dicatat bahwa H. influenzae telah menunjukkan peranan yang penting dalam patogenesis otitis media. 4,5, 9
Flora normal orofaring juga mengandung sejumlah besar bakteri. Diantaranya adalah:
Hidung dan orofaring mengandung sejumlah besar S. aureus dan S. epidermidis .
Kelompok mikroorganisme yang paling penting adalah streptococci alpha-hemolyticus atau streptococci viridans. Kelompok tersebut juga termask S. mitis, S. mutans, S. milleri, dan S. salivarius. Telah diyakini bahwa bakteri tersebut berperan sebagai antagonis terhadap invasi melawan streptococuc patogenik.
Tambahan juga bahwa, kultur dari bagian tersebut biasanya menunjukkan sejumlah besar dipteroid, moraxella catarhalis dan sejumlah kecil kokus gram negatif. 7,9
B. Mikroorganisme penyebab infeksi saluran nafas bagian atas
Kebanyakan infeksi saluran nafas bagian atas disebabkan oleh virus. Lebih dari 200 virus diketahui menyebabkan common cold/pilek. Kebanyakan virus tersebut adalah rhinoviruses, coronaviruses, adenoviruses, or coxsackieviruses.
Nasopharyngitis:
Rhinoviruses menyebabkan rata-rata 30-50% pilek/ common cold). pada dewasa.
Coronaviruses juga merupakan agen penyebab pilek (common cold).
Enteroviruses, termasuk coxsackieviruses, echoviruses, juga dapat menyebabkan common cold.
Adenoviruses, orthomyxoviruses (termasuk virus influenza A and B), paramyxoviruses berperan dalam banyak infeksi saluran nafas bagian atas.
Pharyngitis: Pharingitis sering disebabkan oleh virus. Penting untuk mengenal pharyngitis streptokokus grup A karena komplikasi serius yang akan terjadi akibat penyakit yang tidak tertangani.
Penyebab pharingitis virus termasuk:
Adenovirus, yang juga dapat menyebabkan laryngitis dan konjungtivitis
viruses Influenza
Coxsackievirus
HSV
EBV (infectious mononucleosis)
Cytomegalovirus (CMV)
Penyebab pharyngitis bakterial termasuk:
Group A streptococcus (rata-rata 15% dari semua kasus pharyngitis)
Streptococcus Group C and G
N gonorrhoeae
Arcanobacterium (Corynebacterium) hemolyticum
Corynebacterium diphtheriae
Bakteri atipikal, misalnya M pneumoniae dan C pneumoniae
Bakteri 5
Rhinosinusitis:
Virus yang menyebabkan rhinosinusitis akut adalah sama dengan yang menyebabkan nasopharyngitis akut dan termasuk rhinovirus, enterovirus, coronavirus, virus influenza A dan B, RSV, dan adenovirus.
Bakteria yang menyebabkan rhinosinusitis akut adalah sama dengan bakteri yang menyebabkan otitis media.
Bacteria pathogens yang diisolasi dari aspirat sinus maxillary sinus pada anak-anak termasuk Streptococcus pneumoniae (30-66%), H influenzae (20%) dan Moraxella catarrhalis (20%)
pathogens penting lainnya termasuk streptococci group A and spesies streptococcus yang lain.
Penyebab yang jarang termasuk C pneumonia, Neisseria species, bakteri anaerob, and batang gram-negatif.
Sinusitis nosokomial sering melibatkan patogen yang berkolonisasi di saluran nafas bagian atas dan bermigrasi ke dalam sinus.
Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) merupakan penyebab yang paling signifikan.
Basil Gram-negative, seperti misalnya Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa, merupakan penyebab yang lain. 5,7
Epiglottitis merupakan infeksi bakterial.
Pada kebanyakan anak-anak, Hib diisolasi dari darah atau kultur. Bakteri lain yang sering dijumpai pada a dewasa daripada anak-anak termasuk Streptococcus group A, S pneumoniae, and M catarrhalis.
Pada dewasa, kultur sering memberikan hasil yang negatif.5,7
· Laryngotracheitis umumnya disebabkan oleh virus dengan beberapa pengecualian.
o Croup, atau laryngotracheobronchitis, umumnya disebabkan oleh PIV type 1, 2, or 3.
Sekitar 95% dari seluruh kasus whooping cough disebabkan oleh batang gram negative Bordetella pertussis. Sisanya disebabkan oleh Bordetella parapertussis.
Bakteri penyebab laryngitis adalah jarang dan termasuk beberapa diantaranya:
Streptococcus Group A
C diphtheriae, bakteri gram positif batang an-aerob yang hanya menginfeksi laring
C pneumonia
M pneumoniae
M catarrhalis
H influenzae5,7

Gambar 1. Mikroorganisme tersering penyebab infeksi saluran nafas bagian atas


PEMILIHAN ANTIBIOTIKA PADA INFEKSI SALURAN NAFAS BAGIAN ATAS :”Berdasarkan tipe dan pola infeksi”

Penyakit infeksi masih merupakan penyakit utama di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia. Jenis penyakit infeksi di Indonesia yang banyak diderita oleh masyarakat adalah infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1997 menunjukkan bahwa prevalensi ISPA untuk usia 0-4 tahun.Sensitivitas Kuman Tonsilo Faringitis Akut 47,1 %, usia 5-15 tahun 29,5 % dan dewasa 23,8 %; lebih dari 50% penyebabnya adalah virus. Infeksi sekunder bakterial pada ISPA dapat terjadi akibat komplikasi terutama pada anak dan usia lanjut, dan memerlukan terapi antimikroba. Beberapa kuman penyebab komplikasi infeksi ISPA yang pernah diisolasi dari usap tenggorok antara lain Streptococcus, Staphylococcus, Klebsiella, Branhamella, Pseudomonas, Escherichia, Proteus, dan Haemophilus,dan untuk mengatasinya seringkali digunakan antimikroba golongan betalaktam, makrolida, dan kotrimoksazol.Antimikroba golongan betalaktam, yakni golongan penisilin dan sefalosporin, termasuk jenis antimikroba yang diperkirakan paling banyak digunakan untuk infeksi saluran napas; sejauh ini belum banyak diketahui status sensitivitas golongan tersebut, khususnya terhadap kuman penyebab ISPA.1,3
Enam jenis kuman terbanyak yang berhasil diisolasi dari spesimen usap tenggorok berturut-turut adalah: Streptococcus viridans (54.2%), Branhamella catarrhalis (22.9%),
Streptococcus haemolyticus (6.11%), Streptococcus pneumoniae (3.82%), Streptococcus non-haemolyticus. (3.82%) dan Klebsiella pneumoniae (3.05%). Sebagian besar kuman Gram positif dan negatif dari isolat usap tenggorok tersebut masih cukup sensitif terhadap antimikroba betalaktam, kecuali terhadap Cefradin. Total resistensi tertinggi kuman-kuman usap tenggorok adalah terhadap antimikroba Cefradin, yakni sebesar 68.04%, sedangkan terhadap Penisilin-G dan amoksisilin total resistensi kuman relatif rendah, berturut-turut 9.93% dan 5.35%. 1
Dari hasil penelitian pemeriksaan isolat usap tenggorok dan sensitifitas kuman terhadap antimikroba yang dilakukan oleh laboratorium mikrobiologi FK UI pada bulan september hingga bulan november 1999 didapatkan bahwa: Hasil usap tenggorok menemukan 12 jenis kuman Gram negatif dan kuman Gram positif. Kuman yang terbanyak ditemukan S. viridans (54.2 %), berbeda dengan yang dilaporkan Sugito(4)yaitu 25 % dan Hartono(5)yaitu 31,43 %. Untuk kuman S. Hemolyticus diperoleh 6,4 % , hampir sama dengan yang ditemukan Suprihati dkk(6) sebanyak 4,46 %, tetapi berbeda dengan yang ditemukan oleh Sugito(4)sebanyak 25 % dan mirip dengan yang ditemukan Hartono(5)25,71 %. Kuman ini merupakan kuman yang dicurigai sebagai penyebab endokarditis. Total resistensi tertinggi berbagai kuman isolat tenggorok adalah terhadap antimikroba Cefradin sebesar 68,04 %, diikuti oleh Penicillin G dan Ceftriakson. Antimikroba Cefradin merupakan antimikroba generasi I dari golongan sefalosporin dan banyak digunakan secara oral untuk penderita infeksi saluran pernafasan sehingga mungkin sudah banyak terjadi resistensi. 1,3
Sinusitis akut umumnya juga disebabkan oleh bakteri patogen yang sama yang menyebabkan otitis media akut (Streptococus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarhalis). Pada suatu penelitian dimana mikroorganisme dikultur dari aspirat sinus maksilaris pada anak dan dewasa didapatkan, Streptococus pneumoniae sekitar 30-66% dari isolat, Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarhalis sekitar 20% dari isolat.pada suatu penelitian double blind placebo-control antimicrobial treatment pada anak-anak didapatkan bahwa terdapat perbaikan penyakit pada sekitar 85% dan 77% anak-anak yang diterapi dengan amoxicylin dan amoxicylin-asam klavulanat dibandingkan dengan plasebo yang hanya sekitar 50%. Untuk infeksi rekuren beta-laktamase dan sefalosporin atau penicillin-resistant pneumococus dapat sangat bermanfaat.3,8
Penulisan resep oleh dokter umum di United Kingdom (UK) thn 1998 untuk infeksi saluran pernafasan adalah antimikroba broadspectrum penisilin sebanyak 53,2 %, makrolid 15 % dan medium serta narrow spectrum penisilin 13,0 %, sefalosporin 7,7 %. Tahun 1997 pasar dunia antibiotik mencapai US $ 12 miliar dengan jumlah peresepan 818 juta untuk infeksi saluran pernafasan (ISPA) dan sebagian besar antibiotik yang digunakan di rumah sakit berturut - turut adalah Golongan beta laktam, makrolid dan fluorokuinolin. Di Indonesia untuk infeksi pernafasan akut (tonsilitis dan faringitis ) sebagai standar pengobatan di puskesmas penisilin G masih merupakan obat pilihan keempat setelah eritromisin, amoksisilin dan ampisilin(2). Data resistensi kuman S.viridans dan S. aureus terhadap Penisilin G dari hasil penelitian Josodiwondo (1996) 3,7 % dan 96,8 % sedangkan dari penelitian Trihendrokesowo, dkk ( 1986 ) sebesar 3,2 % dan 66,7 % tidak jauh berbeda dengan resistensi kuman S.viridans yang diperoleh dari penelitian ini yaitu 2,82 %, namun berbeda dengan hasil resistensi kuman S. aureus 0 %. Golongan penisilin masih cukup ampuh untuk mengatasi bakteri gram positif, tetapi akhir-akhir ini banyak dilaporkan bakteri yang resisten terhadap antimikroba golongan penisilin bahkan juga pada golongan sefalosporin, karena bakteri ini mampumenghasilkan enzim betalaktamase. Untuk mengatasi bakteri gram negatif tampaknya penisilin, bahkan sefalosporin sudah berkurang kemampuannya kecuali sefalosporin generasi ketiga. Penggunaan tidak rasional akan mempercepat resistensi, selain hal itu dapat terjadi resistensi silang antar golongan maupun dalam satu golongan. Test kepekaan tidak selalu akurat untuk memprediksi kesembuhan dan sering terjadi tidak ada korelasi antara minimum inhibitor concentration (MIC) kuman dan kesembuhan. Observasi pada penderita infeksi menunjukkan bahwa 81 % penderita sembuh jika terinfeksi dengan bakteri yang sensitif, 9 % penderita meninggal. Bila terinfeksi bakteri yang resisten dapat menaikkan rata-rata kematian sebesar 17 %.(Q-key`0094)

earn money by read email.....

No comments:

journal kedokteran GRATIS ?

kebanyakan journal kedokteran harus langganan dan bayar tetapi biasanya artikel punya masa bayar, artinya kalau masanya sudah lewat bisa dibaca gratis yang cari aja di google, yang penting keyword harus spesifik?